0 com

Reaksi Perletakan Bagian 2

REAKSI PERLETAKAN BAGIAN 2

Bila pada bagian ‘1’ telah terbahas perletakan dasar, maka pada sesi ‘2’ ini kita akan mencoba merubah arah tekanan gaya menjadi miring terhadap bentang horizontal.
Lihat soal :
Misalkan arah gaya tekan terhadap bentang horizontal yang kita coba adalah sebesar E=3 kN dan G=kN. Dimana kemiringan arah gaya masing-masing seperti berikut.
Tinggi dan lebar gaya  E (4 meter dan 3 meter).
Tinggi dan lebar gaya G (3 meter dan 4 meter).
Carilah reaksi perletakan di A dan di B ??!!.


Langkah-langkah :
1.       Jabarkan gaya yang turun miring menjadi EY (gaya E koordinat Y) dan menjadi EX (gaya E koordinat X).
(Ingatlah hukum cosinus dan hokum phytagoras)
Dimana : sin adalah depan dibagi miring, cos adalah samping dibagi miring dan tan adalah depan dibagi samping. Dengan berpatokan bahwa “depan adalah tinggi gaya”.
2.       Jabarkan pula gaya-gaya miring lainnya seperti langkah nomer ‘1’.
3.       Setelah terjabarkan, maka proses selanjutnya mirip dengan reaksi peletakan bagian ‘1’ (satu).

Pembahasan :


E    = 3kN
EY = sin E
      = 4/5 . 3
      = 2,4
EX = cos E
      = 3/5 . 3
      = 1,8


               
G    = 5kN
GY = sin G
       = 3/5 . 5
       = 3
GX = cos G
       = 4/5 . 5
       = 4

ԐmA = 0          ( Semua gaya menuju A )
-BV.12 +GY.8 +EY.3 = 0
-BV.12 +3.8 +2,4.3  = 0
-BV.12 +24  +7,2     = 0
-BV.12    = -24 – 7,2
-BV          = -31,2 / 12
-BV          = -2,6
 BV           = 2,6 (tekan)

ԐmB = 0          ( Semua gaya menuju B )
-AV.12 +EY.9 +GY.4 = 0
-AV.12 +2,4.9 +3.4  = 0
-AV.12 +21,6  +12   = 0
-AV.12  = -21,6 –12
-AV        = -33,6 / 12
-AV        = -2,8
AV       = 2,8 (tekan)

ԐV = 0
AV –EY –GY +BV = 0
2,8 -2,4 -3 +BV     = 0
BV = -2,8 +2,4 +3
BV = 2,6 (tekan)         ---> Hasil pengujian cocok

ԐH = 0
EX -BH = 0
1,8 -BH= 0
BH = 1,8
AH –GX = 0
AH -3 = 0
AH = 3 (tekan).

1 com

Reaksi Perletakan Bagian 1

Reaksi Perletakan
Reaksi perletakan adalah reaksi yang secara umum mempelajari tentang ilmu kesetimbangan (keseimbangan) gaya gaya yang bekerja pada suatu konstruksi balok kolom ataupun kuda – kuda suatu bangunan. Jadi pada pelajaran ini, semua gaya gaya yang dijumlahkan seharusnya menjadi nol “0”. Jadi  gaya vertical keatas (reaksi) dengan gaya vertical kebawah (aksi) setelah dijumlahkan hasilnya adalah nol “0”. Begitu juga dengan penjumlahan gaya horizontal kekiri dan kekanan adalah nol “0”.
Untuk lebih jelasnya, cobalah simak contoh berikut yang sejatinya adalah mencari reaksi vertical dan reaksi horizontal.
Contoh soal : Bentang 10 meter dengan gaya tekan 3 kN dan 5 kN


Langkah-langkah :
1.       Carilah salah satu gaya vertical keatas (AV atau BV). *missal reaksi BV.
2.       Setelah didapatkan salah satu gaya tersebut, carilah gaya vertical keatas yang lagi satu.*missal reaksi AV.
3.       Periksa kembali hasil tersebut dengan menggunakan cara penjumlahan semua gaya dengan *asumsi gaya dengan arah kekiri dan kebawah adalah negatif, dan gaya keatas dan kekanan adalah positif.
INGAT : - gaya yang berputar searah jarum jam, lebih baik diamsusikan gaya positif.
-   Ujug tanda panah adalah arah gaya.

Pembahasan :
ԐmA = 0          ( Semua gaya menuju A )
-BV.10 +5.7,5 +3.2 = 0
-BV .10 + 37,5 +6 = 0
 BV = (37,5 + 6 ) / 10
 BV = 4,35

ԐmB = 0          ( Semua gaya menuju B )
AV.10 -3.8 -5.2,5 = 0
AV .10 -24 -12,5 = 0
AV = (24 + 12,5) / 10
AV = 3,65

ԐV = 0
BV +AV -3 -5 = 0
BV +3,65 -8 = 0
BV = 4,35        ---> HASIL PENGUJIAN COCOK

ԐH = 0
AH – BH = 0
AH = 0
BV = 0           ---> Hasil AH dan BH = 0, karena tidak satupun ada pembentuk gaya horizontal.


OKE, Setelah paham dengan peletakan dengan gaya tegak lurus dan batang dianggap nol ‘0’, lanjutkan lefel brikutnya.
1 com

Belajar menghitung volume bangunan

Download 
file cad buat dihitung RAB-nya 


Langkah-langkah
bersambung / perbaikan
0 com

Arsitektur tubuh

Arsitektur Bali, Berdasar Putaran Semesta & Sistem Adat

 

Oleh : Agung Bawantara 
(SIkut Tubuh)
Arsitektur Tradisional Bali berangkat dari konsep penataan ruang sebagai tempat kehidupan masyarakat Bali.
Penataan letak, bentuk dan fungsi bangunan tradisional tersebut sangat terkait dengan sikap dan pandangan hidup masyarakat Bali yang. Adat istiadat, kepercayaan dan sistem religi sangat kuat memengaruhi pola arsitektur tradisonal Bali ini.

Konsep arsitektur tradisional Bali telah berkembang secara turun-temurun sejak berabad-abad lampau. Pedoman dasarnya tersurat pada beberapa lontar antara lain lontar Asta Kosala-Kosali dan Asta Patali. Namun pada prakteknya pola tata ruang tersebut mengalami penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi (ahli pembuat banguan Bali) mengikuti pergerakan keadaan yang terus berganti. Kini, meski situasi dan kondisi ruang di Bali telah berubah sedemikian hebat, pedoman-pedoman tersebut tetap diacu sebagai dasar pembuatan bangunan tradisional Bali.

Ada beberapa hal yang mendasari konsep arsituktur Bali antara lain orientasi kosmologi (Sanga Mandala), keseimbangan kosmologi (Manik Ring Cacupu), hirarki ruang (Triloka dan Tri Angga). Di antara semua itu, orientasi kosmologi (Sanga Mandala) dianggap sebagai acuan paling dasar. Sanga Mandala adalah konsep pembagian ruang berdasarkan keyakinan akan posisi para Dewa di semesta raya. Konsep ini membagi ruang menjadi sembilan, sebagaimana kompas membagi arah mata angin.

Selanjutnya, dasar keseimbangan kosmologi yang diistilahkan dengan manik ring cacupu. Dalam Bahasa Bali, istiah "manik ring cacupu" mengandung pengertian sebuah mustika (permata mulia) berada di dalam sebuah cupu atau kendi kecil yang terbuat dari logam. Hal ini mengibaratkan semua kekuatan kosmologi memusat ke arah sebuah bangunan atau kompleks bangunan tradisional Bali.

Dasar keseimbangan kosmpologi ini berpegang pada tiga poros penting yaitu: PorosTri Loka yang membagi ruang menjadi tiga yakni Bhur Loka (alam manusia), Bwah Loka (alam Dewa), dan Swah Loka (alam Tuhan); Poros Ritual sebagai kiblat upacara yakni Timur (arah matahari terbit) dan Barat (arah matahari terbenam); serta Poros Natural berdasarkan letak gunung (utara) dan laut (Selatan).

Semua hal di atas menjiwai penataan ruang-ruang di Bali, yang kemudian hirarkinya disusun berdasarkan Tri Angga, yaitu sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali yang membagi ruang menjadi zona Utamayang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi. Dalam tubuh manusia, ruang ini sejajar dengan kepala.

Dua zona berikutnya adalah Zona Madya, yang terletak di tengah (badan) dan ZonaNista, yang terletak di bagian bawah (kaki).

Dasar lainnya adalah dimensi tradisional, serta dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusia. Misalnya, Saastha, yakni ukuran panjang berdasarkan jarak antara sikut hingga pergelangan tangan. Atau Atapak, yakni ukuran panjang berdasarkan jarak ujung jari kaki hingga bagian belakang tumit. Skala-skala lainnya adalah Atapak Ngandang, Agemel, Acengkang, Aguli, Akacing, Amusti, Adepa, Anyari, Alek, Auseran, Duang Nyari, Adepa, Adepa Agung, danAtampak Lima. Karena semua ukuran didasarkan pada ukuran organ tubuh, maka orang Bali biasanya mencari undagi dengan proporsi tubuh yang bagus. Mereka enggan menggunakan undagi yang bertubuh tambun karena hasil bangunan yang dibuat cenderung pendek dan melebar.

Akacing


Alek

Aguli


Agemel


Acengkang


Atengan Depa Alit


Atengan Depa agung 
Auseran

Atapak

Amusti

Atapak Lima

Sahasta


Petang Nyari


Duang Nyari



 














Asta kosala merupakan pedoman membuat rumah/bangunan dalam arsitektur tradisonal Bali (termasuk pagar pekarangan) yang meliputi panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan. Secara umum, bangunan-bangunannya menggunakan struktur rangka bertiang, dinding, dan atap yang dapat dibongkar pasang (knock down system). Pedoman pembuatan pintu keluar berdasarkan aturan kosala-kosali sebagai berikut.
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pemaknaan posisi: secara berurutan
1 (buruk. sering mendapat harta yang tidak halal)
2 (baik, bisa menjadi kaya)
3 (sedang, banyak mempunyai anak)
4 (baik, disegani orang)
5 (buruk, sering mengalami kesulitan)
6 (baik, bisa menjadi kaya)
7 (sedang, bisa kaya, karena istri)
8 (buruk, sering mendapat kesusahan dari orang lain) dan
9 (buruk, sering sakit).


Sumber :
- Tulisan ini dirangkum dari berbagai sumber.
- ilustrasi : http://www.babadbali.com/astakosalakosali/astakosala.htm