Kontropersi bangunan berketinggian diatas 15 m di Bali
Sex mungkin penghancur nomer satu Bali.
Memperhatikan permasalahan perda yang mengatur tentang ketinggian bangunan berlantai di Bali yang memperhitungkan keajegan dan kesucian bali memang cukup kontrofersial.
Bagaimana tidak, bangunan yang berketinggian 15 meter keatas ini menimbulkan dua perbedaan dukungan. Mulai dari yang mendukung maupun yang menolak keras adanya bangunan tinggi. Tetapi bila dikaji lebih dalam, dampak negatif dan baiknya sendiri adalah sama-sama seimbang. Dan inilah pertimbangannya :
Dampak negatif bangunan tinggi di Bali
(Menyikapi kelanggengan taksu Bali)
1. Bangunan ini haruslah memiliki faktor fasilitas yang baik.
Berarti dilantai atas haruslah ada toilet.
2. Bangunan ini memang bertujuan untuk dihuni.
Berarti akan ada orang yang tidur dan keraktifitas dilantai atas (entah itu ngapain).
3. Bangunan ini berada sangat tinggi dari permukaan sekitar.
Berarti pelinggih Bali akan berada jauh dibawak kreatifitas yang tadi (entah itu ngapain).
Tetapi
Dampak positif yang dapat ditimbulkan bangunan 15 meter
1. Tanah Bali ini sempit.
Berarti lantai 15 meter akan memperkecil ruang bangunan (KDB).
2. Bali adalah daerah pulau pariwisata.
Berarti bangunan ini akan mendukung penampungan penduduk pengunjung / wisatawan yang akan menginap berlibur di Bali.
3. Bangunan ini akan memenuhi kebutuhan para wisatawan untuk beristirahat sesuai standar internasional.
Berarti dengan keberadaan fasilitas internasional, Bali adalah pulau yang sigap.
Terus seberapa besar pengaruh Bangunan tinggi terhadap Taksu Bali (kesucian dan keasrian Bali) ???
seandainya :
1. Bangunan itu kita desain dengan style Bali
2. Bangunan tersebut tetap kita adakan upacaranya
3. Bangunan itu tetap diharuskan kepemilikan orang Bali.
Maka :
Seharusnya sangat sedikitlah bangunan itu merusak Bali.
Terus apa yang merusak Taksu Bali???
Bali ini pasti rusak karena :
1. Kita tergiur dengan budaya luar (pakaian hot pans ato sjenisnya)
2. Kita terlalu silau dengan istilah "Bali adalah pulau surga" yang lain jelek / neraka.
3. Mulai merendahnya ketertarikan kita dengan seni bali (kidung, kekawin, tabuh, dan sebagainya)
4. Kita tidak konsekuen terhadap perbandingan masyarakat Bali dengan orang luar.
Dan yang mungkin merusak adalah
1. Orang luar Bali yang tidak berguna.
2. Orang luar Bali yang tidak tau seni.
3. Orang luar Bali yang tak beriman, sehingga Bali ini keamanannya berkurang.
Terus Menurut Kalian, Kita Apakan Orang Luar yang sukanya cuma BeERKOHOTBOouH itu?
Lakukanlah :)
0 komentar:
Posting Komentar